Pandangan Umum
Manusia
sampah adalah manusia yang perilakunya jauh dari moralitas. Istilah lain adalah
orang yang merosot moralnya. Mereka lebih cenderung selalu melakukan tindakan
kejahatan kepada orang lain. Adapula kelompok dengan memiliki paham untuk
menghancurkan orang lain demi mencapai tujuan yang diharapkan. Namun, kita hanya akan membahas secara global sifat buruk yang dimiliki
manusia. Terkait dengan isi Dhammapada
Kodha Vagga: 231, tidak sedikit orang apabila marah kekuatan fisik akan
menjadi kekuatan untuk me-luapkan emosinya. Hal
itupun mem-buat orang lain menjadi takut, tidak nyaman bersahabat
dengannya.
Pandangan
keliru itulah yang sangat berbahaya apabila tidak diakhiri. Buddha menjelaskan
dalam Aṅguttara Nikaya I: 17; “Bagi seseorang yang berpandangan salah melalui
jasmani, ucapan, dan pikiran.
Ketiga hal itu pula akan dilakukan dengan pandangan, kehendak,
hasrat, harapan, serta bentukan. Semua yang muncul
adalah hal yang tidak dikehendaki dan membawa pada kerugian dan penderitaan, karena pandangan buruk tersebut.”
adalah hal yang tidak dikehendaki dan membawa pada kerugian dan penderitaan, karena pandangan buruk tersebut.”
Pandangan Buddhis
tentang Manusia
A. Empat kondisi yang sulit diperoleh guna mencapai
Dhamma
Guru
Agung pernah meng-ajarkan Dhamma, bahwa kehidupan
manusia yang telah diperoleh saat ini adalah yang terbaik dan termulia. Sebab em-pat hal yang teramat
jarang telah tercapai sekaligus. Buddha pernah menjelaskan hal ini dalam kitab
komentar Dhammapada 182.
Buddha menjelaskan tentang empat hal tersebut kepada Erakapatta sang Raja Naga, bahwa
mereka yang terlahir menjadi seekor hewan tidak dapat mencapai tingkat kesucian Sotapatti.
Empat kondisi itu adalah:
1. Sangat sulit untuk menjadi manusia;
2. Sangat sulit untuk bertahan hidup;
3. Sangat sulit untuk
mendengarkan Dhamma mulia untuk merealisasi Nibbana;
4. Sangat sulit berada dalam Buddha Sasana.
B. Tipe Manusia Menurut Dhamma
Manusia
berasal dari kata Mano yang
memiliki pengertian pikiran, kesadaran atau dalam hal ini adalah batin dan Ussa memiliki pengertian
yang telah maju atau berkembang dan maju. Manusia dalam pandangan agama Buddha
dapat dibedakan menjadi empat tipe:
1. Manusia binatang
Ciri khasnya manusia ini adalah dipenuhi dengan kebodohan
batin (moha),
tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk, pantas, tidak pantas. Tidak
berbakti pada orangtua, keras hati, sombong, hanya menuruti hawa nafsu
keinginan.
2. Manusia setan
Ciri khasnya manusia ini adalah selalu diliputi oleh
keserakahan (lobha),
kikir,
tidak pernah puas, hanya me-mikirkan keuntungan diri sendiri, tidak mengenal kebaikan, senang memuaskan nafsu inderanya saja.
tidak pernah puas, hanya me-mikirkan keuntungan diri sendiri, tidak mengenal kebaikan, senang memuaskan nafsu inderanya saja.
3. Manusia seutuhnya
Ciri khasnya orang ini adalah senang membantu orang
lain yang menderita. tidak kikir, memiliki hiri dan ottapa,
hidup yang berpedoman kepada Dhamma.
4. Manusi Dewa
Manusia ini selalu suka membantu orang lain yang
menderita, memiliki pe-ngendalian diri (sīla), metta,
karuna, mudita, upekkha, pañña yang sangat kuat.
C. Manusia Sampah
Buddha
menjelaskan tentang manusia sampah dalam Vasala-Sutta; Sutta Nipata, yaitu kepada Brahmana
Aggika-Braradvaja salah satunya adalah:
(1.) “Siapapun yang marah, niat buruk, berpikiran jahat,
dan iri hati, pandangan salah, tipu muslihat, dialah disebut sampah.”
(2.) “Siapapun yang merusak atau agresif (suka menyerang)
di kota dan di desa dikenal sebagai perusak atau penjahat yang kejam, dialah disebut sampah.”
(3.) Siapapun yang tidak me-nyokong ayah atau ibunya, yang sudah tua dan lemah,
padahal dia hidup dalam keadaan berkecukupan, dialah disebut sampah.”
Buddha
menjelaskan dalam Dhamma bahwa seseorang yang ingin hidup bahagia, selayaknya
menjaga jasmani, ucapan, dan pikirannya sepanjang siang dan malam, maka
kebahagiaan akan selalu menyertai mereka yang melakukannya.
Referensi:
o Saddatissa, H. 1999. Sutta
Nipata. Vihara Bodhivaṁsa.
Klaten
o Kundalabhivamsa, Ashin. 2007. Kehidupan Mulia ini (This Noble Life). Vihara Padumuttara.
Tangerang.
o Widya, Surya. 2001. Dhammapada. Yayasan Abdi Dhamma Indonesia. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar