Jumat, 02 Juni 2017

Harapan Baru di Tahun Baru Imlek


恭喜发财 / Gōngxǐ fācái)

Matapitu-upaṭṭhanaṁ, Puttadarassasaṅgaho
Anakula ca kammanta, Etammaṅgalamuttamaṁ

Membantu ayah dan ibu, menunjang anak dan istri, dan
bekerja dengan sungguh-sungguh, itulah berkah utama
                                                                             (Mahamaṅgala Sutta- Suttanipata)


Makna Tahun Baru Imlek

Tahun Baru Imlek merupakan awal tahun musim semi setelah melewati musim dingin yang panjang. Pada saat itu para petani merayakan sebagai rasa syukur menyambut pergantian musim. Tahun Baru Imlek merupakan suatu momen yang penting, semua keluarga berkumpul, makan bersama,  bercerita pengalaman selama satu tahun, saling bertekad penuh harapan, saling memaafkan, serta berdoa kepada leluhur. Di samping itu mereka juga saling berbagi kepada yang lebih muda, dan sebaliknya. Hal tersebut yang dikenal isitilah “Ang Pau” (kertas merah) di dalamnya berisikan uang. Hal ini sebagai konsep berdana atau berbagi rezeki antara yang tua kepada yang muda, yang berkeluarga kepada orangtua. Hal ini juga adalah praktik dari balas jasa.

Apakah Imlek adalah hari raya Agama Buddha?
Mereka yang berpegang teguh pada tradisi mengatakan dengan polos serta berlandaskan ketidaktahuan menjawab “Ya, termasuk hari raya dalam agama Buddha”. Padahal tidak, seperti yang dijelaskan, Tahun Baru Imlek merupakan tahun baru bagi orang-orang Tionghoa. Terkait hal ini, tentu Imlek memiliki hubungan yang erat dengan ajaran Buddha. Hal yang
diajarkan dalam Tradisi Imlek juga terkandung dalam Dhamma. Apakah yang tersirat dalam Tradisi Imlek? Tentu dalam perayaan Imlek semua orang berkumpul untuk menjalin hubungan kekeluargaan, persahabatan menjadi lebih erat.

Kaitannya Imlek dengan ajaran Buddha
Jelas telah dipaparkan bahwa ada hubungan yang sama dalam ajaran Buddha terkait dengan perayaan Imlek. Perayaan Imlek mencakup dua hal yang terkandung sesuai ajaran Buddha, yakni konsep bhakti sesuai isi Sigalaka Sutta- Digha Nikaya dan konsep dana sesuai Sutta-sutta Pali lainnya.

A.  Hubungan Imlek dengan konsep bhakti sesuai isi Sigalaka Sutta-Digha Nikaya
Imlek merupakan pergantian musim dingin ke musim semi di daratan Tiongkok. Hal serupa perayaan Imlek juga dilaksanakan di seluruh dunia. Berkumpulnya keluarga merupakan hal yang berkesan, terlebih mereka yang tinggal jauh untuk kembali ke rumah berkumpul dalam suasana Tahun Baru Imlek. Kita melihat sebagai rasa bhakti anak pada saat Imlek adalah membasuh kedua kaki orangtuanya, bersujud seraya memohon maaf selama satu tahun mereka melakukan kesalahan, kedua orangtua pun memberikan nasehat pada anak, menantu, serta cucunya. Hal serupa juga terjadi dalam pasangan perumah tangga, yakni suami kepada istrinya, saling bertekad semoga hubungan rumah tangga bisa langgeng selamanya. Bagi mereka yang telah ditinggal orangtuanya rasa bhakti tetap terwujud melalui sembahyang di makam maupun di altar leluhur. Hal ini juga menunjukkan bhakti dan tanda jasa yang tidak dilupakan sebagai anak, menantu, serta cucu.

B.   Hubungan Imlek dengan konsep Dana dalam berbagai Sutta Pali
Rasa bhakti juga tidak sekedar ditunjukkan melalui perhatian, kasih sayang, melainkan menyokong mereka yang telah tua juga praktik berdana. Anak yang telah sukses, bahkan memiliki harta yang lebih, dengan melupakan orangtuanya atau menelantarkannya, maka mereka disebut manusia sampah (Vasala Sutta- Suttanipata). Tradisi Imlek juga tidak terlepas dari Budaya memberi Ang Pau. Hal ini memang terlihat belajar untuk memberi. Sesungguhnya harta bukanlah segalanya yang mampu memberikan kebahagiaan bagi hidup kita. Terkait dengan bhakti pada orangtua dijelaskan dalam Aṅguttara Nikaya II, 2 yaitu tidak dapat kita membalas jasa orangtua sekalipun memberikan harta hingga tujuh keturunan, melainkan mengenalkan Dhamma yang pada awalnya kikir setelah mengenal Dhamma menjadi dermawan, merupakan salah satu praktik membalas jasa.

Kebiasaan buruk yang selalu dilakukan pada saat Perayaan Imlek
Buddha telah menjelaskan dalam Vyagapaja Sutta- Aṅguttara Nikaya bahwa ada empat sumber kekayaan, setelah memperoleh harta dengan benar, selayaknya juga menjaganya, dan memiliki sahabat baik, serta mampu seimbang dalam penggunaan harta. Selain itu harta akan terbuang apabila melakukan empat hal, yaitu: bermabukan, berjudi, tergila dengan lawan jenis, dan memiliki sahabat tidak baik. Kerap kita temui di keluarga, tetangga rumah, warga setempat, teman kita, bahkan kita pada saat perayaan Imlek dengan mendapatkan Ang Pau, justru digunakan untuk menghibur diri dengan berjudi, bermabukan, bahkan melakukan pelanggaran sila ketiga dalam kelima latihan sila. Hal ini seharusnya tidak terjadi setelah seseorang telah memiliki keyakinan terhadap Dhamma.
Pada saat di Tahun Baru Imlek adalah suatu pengharapan baru, yaitu pemahaman, pikiran, sifat yang baru. Tahun Baru bukan sekedar ajang merayakan tanpa adanya introspeksi diri selama satu tahun. Banyak hal yang dapat dilakukan di Tahun Baru sebagai wujud revolusi mental setelah kita mengenal Dhamma. Revolusi mental tentu perlu ditingkatkan guna memperoleh kebahagiaan dari praktik dana, merawat dan melaksanakan sila, serta mengembangkan meditasi, juga berlaku hidup bijaksana. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dari tiga pintu indria, yakni pikiran, ucapan, dan prilaku benar.

Selamat Tahun Baru Imlek!
Gong Xi Fat Choi, Xin Nian Khuai Lok!

Sumber:

-        Tim Giri Maṅgala Publication 2009. Kotbah-kotbah Panjang Sang Buddha Digha Nikaya. Tanpa kota: Dhammacitta Press.
-       Bodhi, Nyanaponika. 2003. Petikan Aṅguttara Nikaya. Vihara Bodhivaṁsa Klaten: Wisma Dhammagua.
-         Saddatissa. 1999. Sutta Nipata. Klaten: Vihara Bodhivaṁsa.
-          Vijano. 2013. Dhammapada. Tanpa kota: Bahussuta Society.
-          Wikipedia : Imlekolehech-wan – 21 Jan 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERCIKAN API KEHIDUPAN MEMBAKAR JIWA YANG SUKSES

Susukaṁ vata jῑvāma Verinesu averino Verinesu manussesu Viharāma averino sungguh bahagia kita hidup terbebas dari keserakahan, di...