恭喜发财
/ Gōngxǐ fācái)
Matapitu-upaṭṭhanaṁ, Puttadarassasaṅgaho
Anakula ca kammanta, Etammaṅgalamuttamaṁ
Membantu
ayah dan ibu, menunjang anak dan istri, dan
bekerja
dengan sungguh-sungguh, itulah berkah utama
(Mahamaṅgala Sutta- Suttanipata)
Makna
Tahun Baru Imlek
Tahun
Baru Imlek merupakan awal tahun musim semi setelah melewati musim dingin yang
panjang. Pada saat itu para petani merayakan sebagai rasa syukur menyambut pergantian
musim. Tahun Baru Imlek merupakan suatu momen yang penting, semua keluarga berkumpul,
makan bersama, bercerita pengalaman selama
satu tahun, saling bertekad penuh harapan, saling memaafkan, serta berdoa kepada
leluhur. Di samping itu mereka juga saling berbagi kepada yang lebih muda, dan sebaliknya.
Hal tersebut yang dikenal isitilah “Ang Pau” (kertas merah) di dalamnya berisikan
uang. Hal ini sebagai konsep
berdana atau berbagi rezeki antara yang tua kepada yang muda, yang berkeluarga kepada
orangtua. Hal ini juga adalah praktik dari balas jasa.
Apakah
Imlek adalah hari raya Agama Buddha?
Mereka
yang berpegang teguh pada tradisi mengatakan dengan polos serta berlandaskan ketidaktahuan
menjawab “Ya, termasuk hari raya dalam
agama Buddha”. Padahal tidak, seperti yang dijelaskan, Tahun Baru Imlek merupakan
tahun baru bagi orang-orang Tionghoa. Terkait hal ini, tentu Imlek memiliki hubungan
yang erat dengan ajaran Buddha. Hal yang
diajarkan dalam Tradisi Imlek juga terkandung dalam Dhamma. Apakah yang tersirat dalam Tradisi Imlek? Tentu dalam perayaan Imlek semua orang berkumpul untuk menjalin hubungan kekeluargaan, persahabatan menjadi lebih erat.
diajarkan dalam Tradisi Imlek juga terkandung dalam Dhamma. Apakah yang tersirat dalam Tradisi Imlek? Tentu dalam perayaan Imlek semua orang berkumpul untuk menjalin hubungan kekeluargaan, persahabatan menjadi lebih erat.
Kaitannya
Imlek dengan ajaran Buddha
Jelas
telah dipaparkan bahwa ada hubungan yang sama dalam ajaran Buddha terkait dengan
perayaan Imlek. Perayaan Imlek mencakup dua hal yang terkandung sesuai ajaran
Buddha, yakni konsep bhakti sesuai isi Sigalaka
Sutta- Digha
Nikaya
dan konsep dana sesuai Sutta-sutta Pali lainnya.
A.
Hubungan
Imlek dengan konsep bhakti sesuai isi Sigalaka Sutta-Digha Nikaya
Imlek merupakan pergantian
musim dingin ke musim semi di daratan Tiongkok. Hal serupa perayaan Imlek juga dilaksanakan
di seluruh dunia. Berkumpulnya keluarga merupakan hal yang berkesan, terlebih mereka
yang tinggal jauh untuk kembali ke rumah berkumpul dalam suasana Tahun Baru Imlek.
Kita melihat sebagai rasa bhakti anak pada saat Imlek adalah membasuh kedua
kaki orangtuanya, bersujud seraya memohon maaf selama satu tahun mereka melakukan
kesalahan, kedua orangtua pun memberikan nasehat pada anak, menantu, serta cucunya.
Hal serupa juga terjadi dalam pasangan perumah tangga, yakni suami kepada istrinya,
saling bertekad semoga hubungan rumah tangga bisa langgeng selamanya. Bagi mereka
yang telah ditinggal orangtuanya rasa bhakti tetap terwujud melalui sembahyang di
makam maupun di altar leluhur. Hal ini juga menunjukkan bhakti dan tanda jasa
yang tidak dilupakan sebagai anak, menantu, serta cucu.
B.
Hubungan
Imlek dengan konsep Dana dalam berbagai Sutta Pali
Rasa
bhakti juga tidak sekedar ditunjukkan melalui perhatian, kasih sayang,
melainkan menyokong mereka yang telah tua juga praktik berdana. Anak
yang telah sukses, bahkan memiliki harta yang lebih, dengan melupakan orangtuanya
atau menelantarkannya, maka mereka disebut manusia sampah (Vasala Sutta- Suttanipata).
Tradisi Imlek juga tidak terlepas dari Budaya memberi Ang Pau. Hal ini memang terlihat
belajar untuk memberi. Sesungguhnya harta bukanlah segalanya yang mampu memberikan kebahagiaan bagi
hidup kita. Terkait dengan bhakti pada orangtua dijelaskan dalam Aṅguttara Nikaya II, 2
yaitu tidak dapat kita membalas jasa orangtua sekalipun memberikan harta hingga
tujuh keturunan, melainkan mengenalkan Dhamma yang pada awalnya kikir setelah mengenal
Dhamma menjadi dermawan, merupakan salah satu praktik membalas jasa.
Kebiasaan
buruk yang selalu dilakukan pada saat Perayaan Imlek
Buddha
telah menjelaskan dalam Vyagapaja Sutta-
Aṅguttara Nikaya
bahwa ada empat sumber kekayaan, setelah memperoleh harta dengan benar,
selayaknya juga menjaganya, dan memiliki sahabat baik, serta mampu seimbang dalam
penggunaan harta. Selain itu harta akan terbuang apabila melakukan empat hal,
yaitu: bermabukan, berjudi, tergila dengan lawan jenis, dan memiliki sahabat tidak
baik. Kerap kita temui di keluarga, tetangga rumah, warga setempat, teman kita,
bahkan kita pada saat perayaan Imlek dengan mendapatkan Ang Pau, justru digunakan
untuk menghibur diri dengan berjudi, bermabukan, bahkan melakukan pelanggaran sila
ketiga dalam kelima latihan sila. Hal ini seharusnya tidak terjadi setelah seseorang
telah memiliki keyakinan terhadap Dhamma.
Pada
saat di Tahun Baru Imlek adalah suatu pengharapan baru, yaitu pemahaman,
pikiran, sifat yang baru. Tahun Baru bukan sekedar ajang merayakan tanpa adanya
introspeksi diri selama satu tahun. Banyak hal yang dapat dilakukan di Tahun Baru
sebagai wujud revolusi mental setelah kita mengenal Dhamma. Revolusi mental
tentu perlu ditingkatkan guna memperoleh kebahagiaan dari praktik dana, merawat
dan melaksanakan sila, serta mengembangkan meditasi, juga berlaku hidup bijaksana.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dari tiga pintu indria, yakni pikiran, ucapan,
dan prilaku benar.
Selamat Tahun Baru Imlek!
Gong Xi Fat Choi, Xin Nian Khuai Lok!
Sumber:
- Tim Giri Maṅgala
Publication 2009. Kotbah-kotbah Panjang
Sang Buddha Digha
Nikaya.
Tanpa kota: Dhammacitta Press.
- Bodhi, Nyanaponika. 2003. Petikan Aṅguttara Nikaya.
Vihara Bodhivaṁsa Klaten:
Wisma Dhammaguṭa.
- Saddatissa. 1999. Sutta Nipata.
Klaten: Vihara
Bodhivaṁsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar