Jumat, 02 Juni 2017

KIAT HIDUP SEHAT DENGAN POLA HIDUP BERMORAL


Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar,
Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga,
Kepercayaan yang paling baik,
Nibbāna adalah kebahagiaan tertinggi.

(Dhammapada Sukha Vagga; 204).



             Kesehatan merupakan idaman setiap orang. Tidak ada di dunia ini orang yang  menginginkan sakit, akan tetapi kebanyakan orang mengabaikannya. Untuk kepuasaan sesaat seseorang mencari penghiburan di luar diri, seperti bermabukan, merokok, dan narkoba yang dapat memberikan kepuasaan, kebahagiaan tersendiri. Justru hal itu dapat membuat jasmani mereka rusak. Hal itu terjadi karena mereka hanya mengikuti kepuasaan yang tidak mendasar pada akal sehat. Selain itu, biasanya mereka adalah orang-orang yang tidak taat pada agamanya. Terkadang orang tidak menjalankan agama dengan baik,  hanya sebagai kedok untuk menutupi aib dalam dunia kejahatan yang dilakukannya. Sehingga membutuhkan pengetahuan religius secara bijaksana untuk mengantisipasi hal yang tidak baik itu.

            Kesehatan jasmani juga tidak berpaku pada satu permasalahan seperti pengaruh minum-minuman keras, dan narkoba. Selain itu kesehatan juga mempengaruhi pada pola makan dan gaya hidup seseorang. Seseorang yang hidup dalam keserakahan, tidak dapat menjaga mulutnya, dengan makan dan minum yang tidak terbatas, tidak disesuaikan oleh kapasitas tubuhnya sendiri, serta hidup berfoya-foya dengan menganggap ia mampu membeli apa saja, sehingga dunia adalah milik mereka, tanpa berpikir bahwa orang disekelilingnya yang memberi perhatian dan nasehat justru dianggap iri padanya. Ketidakpedulian seseorang akan kesehatan justru kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang menghidap penyakit mematikan, seperti kanker, dan jantung
            Pola hidup sehat dengan berolahraga juga hanya sebatas kesehatan jasmani saja, selain itu ditunjang oleh suplemen, vitamin yang mendukung daya tahan tubuh. Akan tetapi kesehatan jasmani tidak menyelesaikan permasalahan mengenai penyakit yang sesungguhnya. Karena pada dasarnya penyakit sesungguhnya bermuara pada pikiran yang tidak stabil. Pikiran yang tidak stabil akan membawa efek tidur tidak nyenyak, makan tidak berselera, emosi memuncak, ketegangan pada saraf, hingga dari itu mereka berpikiran dengan minum kopi secara terus menerus, merokok, meminum obat tidur, begadang, minum-minuman keras, narkoba, selingkuh, semuanya dianggap sebagai solusi dari masalah yang seseorang alami. Justru apa arti dari pola hidup sehat dengan berolahraga, tapi batin terus bergucang akibat masalah pikiran yang sakit.
            Kesehatan dalam perspektif Buddhisme adalah dimulai dari pikiran yang sehat pula. Menciptakan pola hidup sehat dengan hidup bermoral adalah poin yang penting dalam hidup ini. Caranya adalah bagaimana seseorang dapat selalu berpikir postif dalam hidupnya, menjalankan moralitas dengan baik, seperti mengembangkan pikiran, perbuatan, prilaku cinta kasih, kasih sayang. Menjadi seseorang yang dermawan, tidak mengambil barang atau apapun yang bukan haknya. Menjadi pasangan yang setia, tidak menghumbarkan nafsu birahinya kepada yang bukan pasangannya, selalu menjaga inderanya pada perhatian dan kesadaran, sehingga menjadi terkendali (saṁvara). Selain itu pikiran yang sehat juga berpengaruh pada kejujuran seseorang. Musuh, dan sahabat datang dari bagaimana seseorang dapat menjaga ucapannya. Dan yang terpenting adalah selalu mawas diri dengan menjaga keinginan yang tidak baik, seperti gemar mabuk. Orang yang mabuk akan sangat mempengaruhi kesadarannya. Kesadaran yang lemah dapat berbicara yang tidak baik, memperkosa, mencuri, hingga membunuh. Terkait hal itu, ternyata pikiran memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menentukan kesehatan jasmani dan mental seseorang.
            Kesehatan juga dapat diciptakan melalui moralitas Buddhis yang keenam dengan tidak makan atau minum yang mengenyangkan setelah tengah hari. Hal itu juga menunjukkan bahwa pola hidup puasa dapat dilakukan oleh siapa saja, dan kapan saja. Minum yang diperbolehkan adalah kopi, teh, selain itu tidak boleh hingga keesokan paginya. Apa manfaat dari puasa ala Buddhis? tentu dengan seseorang tidak makan malam, ia telah berjuang untuk melatih dan mengatasi keserakahan dalam dirinya. Tidak makan malam adalah pola hidup sehat, karena pada dasarnya tidak ada pembakaran yang terjadi pada saat malam hari. Diumpakan seperti kendaraan yang telah diisi Bahan Bakar Minyak pada pagi hingga siang hari, sehingga dengan kondisi kendaraan di malam hari tidak digunakan, apakah perlu diisi lagi?
Keserakah, kebencian, dan ketidaktahuan, ke dalam diri seseorang akan membuat ia menjadi tidak sehat secara jasmani maupun batinnya. Diumpakan manusia ini seperti pasien yang sedang sakit, sehingga membutuhkan dokter, obat, dan perawatan yang sesuai. Buddha menjelaskan dalam Aṅguttara Nikāya III:22 bahwa ada tiga jenis pasien di dunia ini, yaitu:
(1.) Seseorang, tidak peduli ia mendapatkan gizi, obat, perawatan yang sesuai atau tidak, ia tidak akan sembuh dari sakitnya. Sama halnya orang demikian tidak peduli mendapatkan kesempatan bertemu dengan Sang Tathagatha, mendengarkan Dhamma-Vinaya, dia tidak akan masuk ke jalan kepastian, dan tidak akan mencapai kesempurnaan dalam keadaan-keadaan yang baik.
(2.) Seseorang, tidak peduli ia mendapatkan gizi, obat, perawatan yang sesuai atau tidak, ia akan sembuh dari sakitnya. Sama halnya orang demikian tidak peduli mendapatkan kesempatan bertemu dengan Sang Tathagatha, mendengarkan Dhamma-Vinaya, dia akan masuk ke jalan kepastian, dan akan mencapai kesempurnaan dalam keadaan-keadaan yang baik.
 (3.) Seseorang, sembuh apabila ia hanya jika mendapatkan gizi, obat, perawatan yang cocok. Apabila tidak, ia tidak akan sembuh.
Dari ketiga jenis pasien itu telah tampak jelas, bahwa seseorang memiliki tiga ciri kehidupan, ada yang tidak tertarik sama sekali, atau bahkan setelah belajar suatu keyakinan tidak ada kemajuan, bahkan celakanya! setelah belajar ajaran yang ia yakini, menjadi salah tafsir dengan berpandangan menganggap nyawa orang lain itu murah. Maka orang semacam ini sampai kapanpun, dimanapun tidak akan menemukan jalan kebaikan dalam hidupnya, ibarat ia menggali lubang kubur bagi dirinya sendiri dimana ia dilahirkan, ia mati oleh ketidaktahuan, kebodohannya sendiri. Adapula yang memiliki keyakinan yang baik, taat dan ia sangat bijaksana dalam memahami keyakinannya, sangat toleran pada keyakinan lainnya. Selain itu juga ada yang perlu dibimbing secara tepat dan benar, ia akan menemukan keyakinan yang terbaik. Tapi apabila tidak, ia akan selalu melakukan kejahatan.

            Kesehatan selain bermuara pada pikiran, juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sehingga diperlukan benteng dalam diri seseorang, benteng itu adalah pengetahuan Dhamma yang harus didapat sejak usia dini. Seseorang yang tidak mendapatkan pendidikan Dhamma sejak usia dini, maka kebanyakan dari mereka mudah diserang oleh perbuatan buruk. Akan tetapi apabila ia dapat membentengi diri, maka ia akan selalu waspada dan selalu gemar bebrbuat baik. Maka secara tidak langsung mentalitas akan terbentuk.  Buddha mejelaskan ada tiga jenis mentalitas manusia dala Aṅguttara Nikāya III:25, yaitu:
(1.) manusia dengan pikiran seperti luka yang menganga (mudah marah, tidak sabar, mudah tersinggung, tidak boleh dikritik),
(2.) manusia dengan pikiran seperti kilat (paham dengan cepat tentang penderitaan),
(3.) manusia dengan pikiran seperti berlian (hancurnya noda / kekotoran batin lewat pikiran berdiam tanpa noda, pembebasan oleh kebijaksanaan, telah merealisasi bagi dirinya lewat pengetahuan langsung. Sehingga apabila seseorang dapat memiliki pikiran seperti kilat dan berlian, ia akan hidup dalam kebahagiaan.
Kebahagiaan inipula telah Buddha jelaskan dalam Aṅguttara Nikāya III:50, bahwa apabila seseorang yang mampu melewati hari-harinya, pagi, siang, dan malam dengan pikiran, ucapan, prilakunya yang baik, maka ia akan bahagia pada pagi, siang, dan malam.
            Maka daripada itu pembaca sekalian sebagai kesimpulan kiat hidup sehat dengan pola hidup bermoral akan membuat hidup menjadi sehat, selalu puas dengan yang dapat, memiliki percaya diri dalam melakukan segala aktivitas, serta dari kebaikan yang dilakukan akan membawa seseorang mencapai sebuah penembusan pembebasan (Nibbāna). Kesehatan diluar diri belumlah cukup, sehingga bagaimana seseorang dapat membuat jasmani, dan batinnya sehat. Pikiran sehat secara otomatis jasmaninya juga akan sehat. Pengembangan batin melalui meditasi merupakan cara yang efektif untuk mengobati pikiran yang sakit, dan batin yang kering. Sehingga kebijaksanaan dapat tumbuh dan berkembang dalam pikan, ucapan, dan prilaku seseorang. Apabila semua telah dikondisikan untuk dipraktikkan, maka seseorang akan bahagia pada pagi, siang, dan malam.

Refrensi:
Bodhi, Nyanaponika. 2003. Petikan Aṅguttara Nikāya. Vihāra Bodhivaṁsa,
Klaten: Wisma Dhammaguṇa.
Matthews, Andrew. Tanpa tahun. Making Friends (Strategi Bergaul Agar
diterima Orang Lain). Terjemahan oleh Lucia R.M. Royanto.
1999. Jakarta: PT Grasindo.
Nyanaponika. 2013. Dahsayatnya Kekuatan Kewaspadaan. Klaten: Wisma
Sambodhi.

Vijāno. 2013. Dhammapada. Tanpa kota: Bahussuta Society.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERCIKAN API KEHIDUPAN MEMBAKAR JIWA YANG SUKSES

Susukaṁ vata jῑvāma Verinesu averino Verinesu manussesu Viharāma averino sungguh bahagia kita hidup terbebas dari keserakahan, di...