Kesehatan
adalah keuntungan yang paling besar,
Kepuasan
adalah kekayaan yang paling berharga,
Kepercayaan
yang paling baik,
Nibbāna
adalah kebahagiaan tertinggi.
(Dhammapada Sukha Vagga; 204).
Kesehatan
merupakan idaman setiap orang. Tidak ada di dunia ini orang yang menginginkan sakit, akan tetapi kebanyakan
orang mengabaikannya. Untuk kepuasaan sesaat seseorang mencari penghiburan di
luar diri, seperti bermabukan, merokok, dan narkoba yang dapat memberikan
kepuasaan, kebahagiaan tersendiri. Justru hal itu dapat membuat jasmani mereka
rusak. Hal itu terjadi karena mereka hanya mengikuti kepuasaan yang tidak
mendasar pada akal sehat. Selain itu, biasanya mereka adalah orang-orang yang
tidak taat pada agamanya. Terkadang orang
tidak menjalankan agama dengan baik, hanya sebagai kedok untuk menutupi aib dalam
dunia kejahatan yang dilakukannya. Sehingga membutuhkan pengetahuan religius secara
bijaksana untuk mengantisipasi hal yang tidak baik itu.
Kesehatan jasmani juga tidak berpaku
pada satu permasalahan seperti pengaruh minum-minuman keras, dan narkoba.
Selain itu kesehatan juga mempengaruhi pada pola makan dan gaya hidup
seseorang. Seseorang yang hidup dalam keserakahan, tidak dapat menjaga
mulutnya, dengan makan dan minum yang tidak terbatas, tidak disesuaikan oleh
kapasitas tubuhnya sendiri, serta hidup berfoya-foya dengan menganggap ia mampu
membeli apa saja, sehingga dunia adalah milik mereka, tanpa berpikir bahwa
orang disekelilingnya yang memberi perhatian dan nasehat justru dianggap iri
padanya. Ketidakpedulian seseorang akan kesehatan justru kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang menghidap penyakit mematikan, seperti kanker, dan jantung
Pola hidup sehat dengan berolahraga
juga hanya sebatas kesehatan jasmani saja, selain itu ditunjang oleh suplemen,
vitamin yang mendukung daya tahan tubuh. Akan tetapi kesehatan jasmani tidak
menyelesaikan permasalahan mengenai penyakit yang sesungguhnya. Karena pada
dasarnya penyakit sesungguhnya bermuara pada pikiran yang tidak stabil. Pikiran
yang tidak stabil akan membawa efek tidur tidak nyenyak, makan tidak berselera,
emosi memuncak, ketegangan pada saraf, hingga dari itu mereka berpikiran dengan
minum kopi secara terus menerus, merokok, meminum obat tidur, begadang,
minum-minuman keras, narkoba, selingkuh, semuanya dianggap sebagai solusi dari
masalah yang seseorang alami. Justru apa arti dari pola hidup sehat dengan
berolahraga, tapi batin terus bergucang akibat masalah pikiran yang sakit.
Kesehatan dalam perspektif Buddhisme
adalah dimulai dari pikiran yang sehat pula. Menciptakan pola hidup sehat
dengan hidup bermoral adalah poin yang penting dalam hidup ini. Caranya adalah
bagaimana seseorang dapat selalu berpikir postif dalam hidupnya, menjalankan
moralitas dengan baik, seperti mengembangkan pikiran, perbuatan, prilaku cinta
kasih, kasih sayang. Menjadi seseorang yang dermawan, tidak mengambil barang
atau apapun yang bukan haknya. Menjadi pasangan yang setia, tidak menghumbarkan
nafsu birahinya kepada yang bukan pasangannya, selalu menjaga inderanya pada
perhatian dan kesadaran, sehingga menjadi terkendali (saṁvara). Selain itu
pikiran yang sehat juga berpengaruh pada kejujuran seseorang. Musuh, dan
sahabat datang dari bagaimana seseorang dapat menjaga ucapannya. Dan yang
terpenting adalah selalu mawas diri dengan menjaga keinginan yang tidak baik,
seperti gemar mabuk. Orang yang mabuk akan sangat mempengaruhi kesadarannya.
Kesadaran yang lemah dapat berbicara yang tidak baik, memperkosa, mencuri,
hingga membunuh. Terkait hal itu, ternyata pikiran memiliki kekuatan yang luar
biasa dalam menentukan kesehatan jasmani dan mental seseorang.
Kesehatan juga dapat diciptakan
melalui moralitas Buddhis yang keenam dengan tidak makan atau minum yang
mengenyangkan setelah tengah hari. Hal itu juga menunjukkan bahwa pola hidup
puasa dapat dilakukan oleh siapa saja, dan kapan saja. Minum yang diperbolehkan
adalah kopi, teh, selain itu tidak boleh hingga keesokan paginya. Apa manfaat
dari puasa ala Buddhis? tentu dengan seseorang tidak makan malam, ia telah
berjuang untuk melatih dan mengatasi keserakahan dalam dirinya. Tidak makan
malam adalah pola hidup sehat, karena pada dasarnya tidak ada pembakaran yang
terjadi pada saat malam hari. Diumpakan seperti kendaraan yang telah diisi Bahan Bakar Minyak pada pagi hingga siang
hari, sehingga dengan kondisi kendaraan di malam hari tidak digunakan, apakah
perlu diisi lagi?
Keserakah,
kebencian, dan ketidaktahuan, ke dalam diri seseorang akan membuat ia menjadi
tidak sehat secara jasmani maupun batinnya. Diumpakan manusia ini seperti
pasien yang sedang sakit, sehingga membutuhkan dokter, obat, dan perawatan yang
sesuai. Buddha menjelaskan dalam Aṅguttara Nikāya III:22 bahwa ada
tiga jenis pasien di dunia ini, yaitu:
(1.)
Seseorang, tidak peduli ia mendapatkan gizi, obat, perawatan yang sesuai atau
tidak, ia tidak akan sembuh dari sakitnya. Sama halnya orang demikian tidak
peduli mendapatkan kesempatan bertemu dengan Sang Tathagatha, mendengarkan
Dhamma-Vinaya, dia tidak akan masuk ke jalan kepastian, dan tidak akan mencapai
kesempurnaan dalam keadaan-keadaan yang baik.
(2.)
Seseorang, tidak peduli ia mendapatkan gizi, obat, perawatan yang sesuai atau
tidak, ia akan sembuh dari sakitnya. Sama halnya orang demikian tidak peduli
mendapatkan kesempatan bertemu dengan Sang Tathagatha, mendengarkan
Dhamma-Vinaya, dia akan masuk ke jalan kepastian, dan akan mencapai
kesempurnaan dalam keadaan-keadaan yang baik.
(3.) Seseorang, sembuh apabila ia hanya jika
mendapatkan gizi, obat, perawatan yang cocok. Apabila tidak, ia tidak akan
sembuh.
Dari ketiga jenis pasien itu telah tampak jelas, bahwa
seseorang memiliki tiga ciri kehidupan, ada yang tidak tertarik sama sekali,
atau bahkan setelah belajar suatu keyakinan tidak ada kemajuan, bahkan
celakanya! setelah belajar ajaran yang ia yakini, menjadi salah tafsir dengan
berpandangan menganggap nyawa orang lain itu murah. Maka orang semacam ini
sampai kapanpun, dimanapun tidak akan menemukan jalan kebaikan dalam hidupnya,
ibarat ia menggali lubang kubur bagi dirinya sendiri dimana ia dilahirkan, ia
mati oleh ketidaktahuan, kebodohannya sendiri. Adapula
yang memiliki keyakinan yang baik, taat dan ia sangat bijaksana dalam memahami
keyakinannya, sangat toleran pada keyakinan lainnya. Selain itu juga ada yang
perlu dibimbing secara tepat dan benar, ia akan menemukan keyakinan yang
terbaik. Tapi apabila tidak, ia akan selalu melakukan kejahatan.
Kesehatan selain bermuara pada
pikiran, juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sehingga diperlukan
benteng dalam diri seseorang, benteng itu adalah pengetahuan Dhamma yang harus
didapat sejak usia dini. Seseorang yang tidak mendapatkan pendidikan Dhamma
sejak usia dini, maka kebanyakan dari mereka mudah diserang oleh perbuatan
buruk. Akan tetapi apabila ia dapat membentengi diri, maka ia akan selalu
waspada dan selalu gemar bebrbuat baik. Maka secara tidak langsung mentalitas
akan terbentuk. Buddha mejelaskan ada
tiga jenis mentalitas manusia dala Aṅguttara Nikāya III:25, yaitu:
(1.)
manusia dengan pikiran seperti luka yang menganga (mudah marah, tidak sabar,
mudah tersinggung, tidak boleh dikritik),
(2.)
manusia dengan pikiran seperti kilat (paham dengan cepat tentang penderitaan),
(3.)
manusia dengan pikiran seperti berlian (hancurnya noda / kekotoran batin lewat
pikiran berdiam tanpa noda, pembebasan oleh kebijaksanaan, telah merealisasi
bagi dirinya lewat pengetahuan langsung. Sehingga apabila seseorang dapat
memiliki pikiran seperti kilat dan berlian, ia akan hidup dalam kebahagiaan.
Kebahagiaan inipula telah Buddha jelaskan dalam Aṅguttara
Nikāya III:50, bahwa apabila seseorang yang mampu melewati
hari-harinya, pagi, siang, dan malam dengan pikiran, ucapan, prilakunya yang
baik, maka ia akan bahagia pada pagi, siang, dan malam.
Maka
daripada itu pembaca sekalian sebagai kesimpulan kiat hidup sehat dengan pola
hidup bermoral akan membuat hidup menjadi sehat, selalu puas dengan yang dapat,
memiliki percaya diri dalam melakukan segala aktivitas, serta dari kebaikan
yang dilakukan akan membawa seseorang mencapai sebuah penembusan pembebasan
(Nibbāna). Kesehatan diluar diri belumlah cukup, sehingga bagaimana seseorang
dapat membuat jasmani, dan batinnya sehat. Pikiran sehat secara otomatis
jasmaninya juga akan sehat. Pengembangan batin melalui meditasi merupakan cara
yang efektif untuk mengobati pikiran yang sakit, dan batin yang kering.
Sehingga kebijaksanaan dapat tumbuh dan berkembang dalam pikan, ucapan, dan
prilaku seseorang. Apabila semua telah dikondisikan untuk dipraktikkan, maka
seseorang akan bahagia pada pagi, siang, dan malam.
Refrensi:
Bodhi, Nyanaponika.
2003. Petikan Aṅguttara Nikāya.
Vihāra Bodhivaṁsa,
Klaten: Wisma Dhammaguṇa.
Matthews, Andrew. Tanpa
tahun. Making Friends (Strategi Bergaul
Agar
diterima Orang Lain).
Terjemahan oleh Lucia R.M. Royanto.
1999.
Jakarta: PT Grasindo.
Nyanaponika.
2013. Dahsayatnya Kekuatan Kewaspadaan.
Klaten: Wisma
Sambodhi.
Vijāno. 2013. Dhammapada. Tanpa kota: Bahussuta
Society.